Senin, Januari 26, 2009

Fakta pd Agresi Israel ke Palestina

1. Di berita, warga Israel yg tewas dilaporkan berjumlah belasan orang, padahal aktualnya mencapai 130-an orang.

2. Ternyata salah satu penyebab Israel meminta gencatan senjata adalah: karena tentaranya yang telah masuk Jalur Gaza tidak dapat keluar (kembali ke Israel), dihadang oleh rakyat Palestina dan Hamas. Sehingga apabila tidak ada gencatan senjata maka seluruh tentara Israel akan mati kelaparan , karena ketiadaan suplai makanan.

3. Selama 22 hari agresi Israel, dalam kondisi ketiadaan listrik dan pulsa, handphone tetap dapat dipakai tanpa lowbat dan kehabisan pulsa

4. Selama 22 hari agresi Israel, jumlah rakyat Palestina yang syahid 1350 orang, namun pada saat yang sama jumlah bayi yang lahir mencapai 3150 orang (masih surplus 1800 orang), dan sebagian besarnya kembar


Subhanallah...

Jumat, Januari 23, 2009

Pemain sirkus & Ular

Pada suatu hari seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular untuk dilatih bermain sirkus.Beberapa hari kemudian ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatih. Mula-mula anak ular itu dibelitkan di kakinya.Hingga sang ular besar si pelatih mencoba hal yang agak berbahaya yaitu melilitkan sang ular di tubuhnya.

Setelah berhasil melatih sang ular si pemain sirkus mulai mengadakan pertunjukkan. Hari demi hari penontonnya semakin banyak.Uang mengalir dengan derasnya.Suatu hari permainan sirkus dimulai.Pertunjukan demi pertunjukan silih berganti.Semua penonton bertepuk tangan.Hingga tiba acara yang paling mendebarkan yaitu permainan ular.Pemain sirkus mulai melilitkan ular ke tubuhnya.Seperti biasa ular itu melakukan apa yang diperintah pawangnya.Dia sedikit demi sedikit mulai melilit tubuh pemain sirkus hingga semakin lama semakin keras.Pemain sirkus kesakitan.Oleh karena itu dia memerintahkan sang ular melepaskan lilitannya.Tapi sang ular tidak menurut malah melilit semakin kencang. Penonton semua panik ketika mendengar jeritan pilu dari pemain sirkus. Dan akhirnya dia pun meninggal.

Renungan :
Kadang dosa terlihat tidak membahayakan.Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya.Bahkan kita merasa sudah terlatih menaklukkannya.Tetapi pada kenyataanya apabila dosa itu telah melilit hidup kitasukar untuk melepaskan diri lagi daripadanya.

Kamis, Januari 22, 2009

Surat dari GAZA

Assalamualaikum

Saudaraku muslim dan muslimah, dalam kesempatan ini aku ingin mengirim pesan dari saudaramu di Ghaza. simaklah kondisi kami dan sampaikan kepada siapa saja entah itu orang yang kalian kenal ataupun yang tidak kalian kenal

Situasi yang kami hadapi mengerikan namun iman kami kuat,Alhamdulillah meskipun kami tidak memiliki air yang memadai dan kalaulah ada, air itu sudah terpolusi dan kami tidak memiliki uang untuk membeli air mineral. ketika kami memiliki uang maka orang yang menjualnya menyampaikan bahwa terlalu bahaya untuk mereka berjalan keluar dan mendapatkan supplai. Kami tidak memiliki gas dan ini sudah berlangsung sejak 4 bulan terakhir. kami hanya bisa memasak sedikit makanan diatas tungku tungku yang sudah kami siapkan.

Para keluarga laki laki kami telah kehilangan pekerjaannya.mereka menghabiskan keseharian mereka dirumah. Suamiku pergi seharian dari satu tempat ke tempat lain hanya demi mendapatkan (kebutuhan) dasar air. Biasanya dia kembali ke rumah dengan tangan hampa.Tidak ada sekolah, tidak ada bank, dan Rumah sakitpun jarang yangbuka. kami
selalu sadar bahwa nyawa kami terancam setiap kali kami keluar rumah.

Mereka (zionis) memberikan jam malam antara pukul 1 hingga 4 sore.kami bisa keluar dalam keadaan aman untuk mendapatkan supplai, kata mereka, tapi itu semua bohong! seringnya jutsru mereka menggunakan kesempatan itu untuk menambah jumlah syuhada dalam daftar mereka.

kami makan sehari nasi dan sehari roti. Daging dan susu adalah kemewahan. mereka menggunakan senjata perang kimia di area perbatasan.setelah semua ini kami diberitahu bahwa orang orang di seluruh dunia berdemo. MashaAllah! Fakta bahwa kalian pergi ke kedutaan2 dan
meninggalkan rumah rumah kalian membuat kami merasa bahwa kami tidak sendiri dalam perjuangan ini.

tetapi kalian bisa pulang ke rumah dan mengunci rumah kalian. Sedang kami....Kami tidak bisa melakukan itu. Tiap malam aku harus meninggalkan rumahku yang berada di lantai 2 dan tinggal bersama saudara perempuanku di lantai dasar. Jika ada serangan maka lebih
cepat bagi kami untuk meninggalkan (gedung) dari lantai dasar.

ya..Kami lelah, ketika kami mendengar roket dan bom serta melihat pesawat pesawat yang terbang mendekati gedung, aku menjerit bersama anak laki lakiku yang masih muda dan suamiku merasa tidak mampu melakukan apa apa.

Dalam hal ini tidak ada yang bisa menyelamatkan kami selain Allah.Tetapi ummah juga bertanya tanya dimana tentara tentarakaum muslimin,dimana kemenangan itu?

Jangan lupakan kami karena hanya kalianlah yang kami miliki. Sadaqah baik kalian tidak sampai kepada kami dan ketika mereka membuka perbatasan hanya segelintir orang yang mendapatkan(sumbangan) itu.Tetaplah berjuang di Jalan Allah dan berdoalah agar kemenangan itu segera datang inshaAllah..

wassalam
saudaramu Umm Taqi

Rabu, Januari 14, 2009

Kenangan tak terlupakan

Waktu ngebuka flashdisk tau2 ngeliat foto. Angan melayang ke beberapa tahun yg lalu.Itu foto waktu perpisahan kelas 3 SMA. Hik... jd kangen ama temen2 ku yang jauh disana..Tuch foto sengaja dibawa k bandung bwt kenang2an ajah.Ampe akhirnya di scan jadi bisa di publish di FS.

Waktu itu kita rame2 1 kelas kabur dari acara karna acaranya ngebosenin banget.Kita foto2 di depan sekolah ada yg foto bareng smua ada yg cewe2 & cowo2 gt. Tapi aku hanya punya foto yg itu doank.Kalo ngeliatnya asa pengen ketawa sendiri soalnya udah kaya ibu2 PKK abiz dari k ondangan gitu,hehehe.

Duh kapan yach poto rame2 kaya gt lagi...

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita...

Sabtu, Januari 03, 2009

Film Perempuan Berkalung Sorban

"Perempuan adalah 'mahluk kelas dua'."

Anda familiar dengan pernyataan itu? Setuju atau tak setuju bukan masalah. Selama jawaban Anda adalah 'ya', berarti ini adalah kisah untuk Anda.

* * *
Kisah up to date dan universal ini dimulai pada pertengahan tahun ’80-an. Saat dimana semuanya terlihat baik-baik saja tapi nyatanya tidak. Seorang gadis kecil bernama Annisa (Revalina S. Temat yang pada awal ceritera berusia 10 tahun diperankan oleh Nasya Abigail) hanya ingin belajar naik kuda seperti kedua saudara laki-lakinya. Tapi dia dilarang oleh kedua orang tuanya. Kenapa? Karena dia seorang perempuan.

Keluarga Annisa memang bukan keluarga biasa. Ayahnya adalah Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), pemimpin pesantren salaf Al Huda yang keras hati. Pesantren salaf adalah pesantren tradisional yang menjalankan ajaran agama Islam berdasarkan kepada bagaimana para sahabat Rasulullah SAW (golongan salaf) menjalankan ajaran agama ini. Karena merekalah generasi yang langsung bertemu dengan Rasul, menyaksikan langsung peristiwa turunnya firman Allah SWT dan mendapat didikan langsung dari Rasulullah SAW. Sedangkan ibu Annisa, Nyai Muthmainnah (Widyawati), adalah seorang istri yang sangat patuh pada suaminya serta sangat mengabdi kepada keluarga.
Annisa tak pernah merasa nyaman dengan lingkungan keluarga. Dia selalu merasa disisihkan karena dia adalah perempuan. Untungnya ada satu orang yang sangat mengerti kegelisahan Annisa yang keras kepala. Mau mendengarkan keluh kesah Annisa dan mau mengajari Annisa naik kuda. Namanya Khudori (Oka Antara yang pada awal ceritera berusia 18 tahun diperankan oleh Aditya). Dia adalah seorang lelaki cerdas, berpikiran terbuka dan kebetulan adalah keponakan dari Nyai Muthmainnah. Namun perlindungan Khudori tak berlangsung lama. Khudori pergi ke Al-Azhar Kairo untuk melanjutkan kuliahnya di sana. Meninggalkan Annisa sendirian.

Tujuh tahun kemudian, Annisa yang berusia 17 tahun tak tahan lagi dengan kehidupannya yang mengikat dan tak adil kepada perempuan. Dia memutuskan untuk melamar beasiswa di sebuah universitas Islam di Jogja.

Annisa memutuskan untuk memperjuangkan kebebasannya.

Tapi garis hidup membawa Annisa ke dunia yang lain. Dunia pernikahan. Dunia yang dia harap dapat membawa kebebasan tapi sebaliknya bersama Samsudin (Reza Rahadian) yang ada hanya kekerasan dan penekanan atas keberadaannya sebagai perempuan.

Sementara itu ternyata Khudori kembali datang untuk Annisa. Tapi kali ini bukan dia yang bisa menolong Annisa. Tapi Annisa sendiri. Perjuangan Annisa ternyata tak semudah yang dia kira. Untuk mendapatkan kebebasannya dia tak hanya harus melawan keadaan tapi juga melawan dirinya sendiri.


Perempuan dan laki-laki adalah pelengkap untuk satu sama lain. Namun bukan hal yang baru kalau laki-laki malah menjadi penindas bagi perempuan. Perempuan dijadikan warga negara kelas dua. Ditindas hak-haknya. Dilupakan suaranya.

Di sisi lain emansipasi perempuan terus digaungkan. Sayangnya kesetaraan hak itu bukanlah sesuatu yang bersifat evolutif namun paralel. Di suatu waktu ada perempuan yang menjadi presiden tapi pada waktu yang sama ada perempuan-perempuan yang ditekan. Dipaksa menghentikan pendidikannya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dijual oleh keluarganya sendiri dan masih banyak kisah-kisah pahit lainnya.

Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas warga negara Indonesia sering kali dikaitkan dengan penindasan ini. Islam dianggap sebagai agama milik kaum laki-laki dan ayat-ayatnya menjadi alat untuk membungkam perempuan. Sebuah fenomena pro dan kontra yang terus berlanjut hingga saat ini.

“Perempuan Berkalung Sorban” adalah film tentang salah satu dunia paralel perempuan. Ini kisah tentang Annisa, seorang perempuan dari pesantren yang berjuang untuk mendapatkan hak-nya. Hak untuk memilih dalam hidup. Tanpa ada tekanan, termasuk juga tekanan yang mengatasnamakan agama. Ini kisah tentang perempuan yang percaya kalau agamanya, Islam, yang akan membawa kebebasannya sebagai manusia bukan malah mengurungnya.

“Perempuan Berkalung Sorban” adalah kisah untuk Anda yang percaya tentang pentingnya kebebasan seorang manusia.


Sinopsis
Ini adalah sebuah kisah pengorbanan seorang perempuan, Seorang anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan isteri. Annisa (Revalina S Temat), seorang perempuan dengan pendirian kuat. Cantik dan cerdas. Annisa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda Jombang, Jawa Timur. Pesantren Salafiah putri Al Huda adalah pesantren kolot dan kaku. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Qur’an, Hadist dan Sunnah. Ilmu lain yang diperoleh dari buku-buku apalagi buku modern dianggap menyimpang. Karena itu para santri, termasuk Annisa, dilarang membaca buku-buku tersebut.

Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim. Seorang muslimah yang baik menurut Islam adalah, tidak diperbolehkan membantah suami; Haram meminta cerai suami; selalu ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan suami, termasuk jika suami berkehendak melakukan poligami; Tidak boleh berkata lebih keras dari suaminya, sekalipun dalam menyatakan ketidaksetujuan; Tidak boleh mengulur-ulur waktu bahkan menolak ketika suami mengajak berjimak; Ikhlas menerima pembagian waris sekalipun hanya ¼ bagian. (lebih kecil daripada bagian laki-laki).

Pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa Islam sangat membela laki-laki. Islam meletakkan perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak kecil Annisa selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari Kyai. Dua orang kakaknya boleh belajar berkuda, sementara Annisa tidak boleh hanya karena dirinya perempuan.

‘Bagaimana dengan Hindun Binti Athaba?’ Tanya Annisa kepada ayahnya. ‘Beliau perempuan, seorang panglima. Lalu Fatima Azahra, putri Rosul, malah memimpin perang.’

Tapi protes Annisa selalu dianggap rengekan anak kecil. Annisa juga sering memprotes, ketika Ustadz Ali (Leroy Osmany) mengajarkan kitab Akhlaqul Nisaa, Bulughul Maram dan Bidayatul Mujtahid, yang membahas hak dan kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa.

‘Apa hukuman buat suami yang minta cerai,. Padahal sang isteri kekeuh mempertahankan rumah tangga?’ Tanya Annisa kepada Ustadz Ali.

‘Lalu bagaimana jika suami yang mengulur-ulur waktu atau menolak ketika sang isteri mengajak berjimak? Apa hukuman buat suami?’

Lagi-lagi protes Annisa hanya dianggap sambil lalu. Annisa selalu merasa dirinya berada dalam situasi yang salah. Hanya Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Annisa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Khudori selalu menjadi tambatan, curahan perasaan Annisa ketika dirinya diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Diam-diam Annisa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), sekalipun bukan sedarah. Khudori juga menyadari selisih umur yang terpaut jauh dengan Annisa. Hal itu membuat Khudori selalu membunuh cintanya demi menjaga stabilitas pesantren. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo.

Khudori selalu menekankan ke Annisa untuk belajar. Kalau perlu sampai ke luar negeri. Khudori yang membawa pemikiran Annisa kearah keterbukaan wawasan, hingga secara diam-diam Annisa mencoba mendaftarkan kuliah ke Jogja dan keterima. Tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan kuliah ke Jogja, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Annisa merengek dan protes dengan alasan ayahnya.
Akhirnya Annisa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jombang. Pernikahan itu dimaksudnya juga sebagai pernikahan dua pesantren Salafiah yang mana nantinya akan menjadi pesantren besar. Sekalipun hati Annisa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga demi kelangsungan keluarga dan pesantren Al Huda.

Dalam mengarungi rumah tangga bersama Samsudin. Annisa selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Samsudin. Samsudin adalah tipe seorang laki-laki pengidap kelainan psikologis. Seorang lelaki possesif, kasar. Tapi ketika Annisa berniat meninggalkannya, Samsudin akan berubah menjadi lelaki rapuh yang merengek-rengek sambil bersujud meminta ampun kepada Annisa. Biduk keluarga Annisa berlangsung bagai neraka. Tubuh Annisa yang semula segar bercahaya, menjadi suram. Apalagi dalam 2 tahun pernikahan, Annisa tidak dikaruniai anak. Keluarga Samsudin semakin memandang buruk Annisa dan Samsudin. Sampai kemudian Annisa harus menhadapi kenyataan Samsudin menikah lagi dengan seorang janda bernama Kalsum (Francine Roosenda). Seorang perempuan lebih tua, cantik dan bisa mempunyai anak. Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Annisa seketika runtuh. Annisa berada dalam pusaran gelombang panas yang tidak memiliki harapan untuk keluar.

Dalam keputusasaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Annisa seperti mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak Kyai seperti Samsudin. Apalah arti seorang Khudori bagi keselamatan Annisa. Tapi Annisa tidak peduli. Dia tumpahkan keluh kesah ke Khudori. Annisa meminta Khudori membawanya pergi. Annisa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa keluar dari kemelut keluarganya. Tapi Khudori bukan lelaki gegabah. Khudori mencoba meredam ‘bara’ Annisa. Dalam kegusarannya itu, Khudori memeluk Annisa. Sebuah pelukan hangat seorang paman kepada keponakannya yang sedang resah. Tapi tiba-tiba, Samsudin datang dan memergoki keduanya. Samsudin berteriak ‘Zinah! Rajam! Rajam!’ yang kemudian membawa Annisa dan Khudori kedalam kemelut fitnah. Annisa tidak bisa berbuat apa-apa karena orang-orang sudah terlanjur terbakar emosi fitnah. Kejadian itu membuat Kyai Hanan malu dan sakit hingga kemudian meninggal. Khudori diusir dari kalangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Annisa pergi ke Jogja untuk melanjutkan niatannya sekolah. Pesantren Al Huda diserahkan kepada Reza (Eron Lebang), kakak Annisa untuk dikelola. Akibat peristiwa itu, hubungan keluarga Samsudin dan Annisa menjadi buruk. Tapi Reza mencoba memperbaiki hubungan silaturahmi dengan keluarga Samsudin demi kepentingan pesantren. Hal itu membuat hubungan Reza dan Annisa renggang. Dimata Reza, Annisa seorang perusak stabilitas keluarga. Perilaku Annisa bukan cerminan anak kyai yang baik. Sementara itu Annisa berkembang sebagai muslimah dengan wawasan dan pergaulan yang luas. Lewat studinya sebagai penulis, Annisa banyak menyerap ilmu tentang filsafat modern dan pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak buku sudah dihasilkan dari Annisa yang memotret hak perempuan dalam Islam.

Dalam kiprahnya itu, Annisa dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai. Namun Annisa masih dalam trauma pernikahan. Tapi Khudori adalah lelaki dewasa yang bisa mengerti kondisi Annisa. Akhirnya keduanya menikah meski sebetulnya pernikahan itu membuat hubungan Annisa dan keluarganya semakin jauh. Oleh Khudori, Annisa disarankan untuk pulang. Annisa tidak mau karena dirinya sudah merasa diusir dari rumah itu.
‘Sebenarnya tidak ada yang mengusir kamu. Kamu yang selalu merasa terusir oleh kami.’ Begitu Ibunya (Widyawati) selalu bilang kepada Annisa. Bagi Annisa Ibu adalah figur yang lemah. Tidak berdaya dihadapan ayahnya. Ibu bukan seorang yang bisa dijadikan teladan bagi Annisa. Tapi kemudian Annisa sadar bahwa untuk menciptakan lingkungan nyaman, seseorangan harus mengubah dirinya menjadi nyaman. Dan itu yang dilakukan oleh Ibu, yang biasa dipanggil Nyai. Rasa diam ibu, yang dianggap Annisa sikap lemah dan tak berdaya, sebenarnya adalah sikap toleran dan pengertian demi lingkungan stabil yang dia perjuangkan.
Akhirnya Annisa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Kata maaf dari Annisa bukan ditujukan untuk suatu kesalahan. Tapi sebuah sujud rasa bakti kepada orang tua. Dalam kata maaf itu, Annisa berjanji untuk terus berjuang menjadi yang terbaik. Menjadi muslimah sebagaimana yang Ayah dan Ibunya inginkan ….

….

Hanung Bramantyo dan Ginatri S Noer

Bagaimana orang Yahudi melemahkan umat Islam?

Di antaranya sebahagiannya kita sebutkan di sini untuk difaham.

Yang pertama :

Orang-orang Yahudi menggalakkan maksiat, dengan digalakkan pergaulan bebas di dalam pelbagai saluran,di dalam pendidikan, di dalam kebudayaan, di dalam ekonomi, supaya keturunan umat Islam terdedah kepada penzinaan, supaya keturunan umat Islam rosak. Bila keturunan umat Islam rosak,hidayah Tuhan tidak dapat. Setidak-tidaknya kalau umat Islam sudah asyik berhiburan, mereka akan lalai dengan tanggungjawabnya kepada Tuhan, seperti cuai sembahyang, seperti tidak memikirkan halal dan haram. Keturunan yang lalai itulah akan menikah kahwin melahirkan generasi, sambung menyambung yang akan datang dan melahirkan Generasi yang tidak dipimpin oleh Tuhan,maka akhirnya mereka hidup di dalam kelemahan.

Yang Kedua:

Begitu juga mereka orang-orang Yahudi mengeluarkan produk-produk makanan dan minuman.Di dalam makanan dan minuman itu dimasukkan unsur-unsur sihir, serta makan minum yang tidak halal supaya jiwa umat Islam yang sudah rosak tak dapat pimpinan Tuhan, hiduplah mereka sebagai haiwan. Kalau mereka hidup macam haiwan,senanglah mereka mengkotak-katikkan umat Islam. Maka sambung menyambung jugalah generasi umat Islam di dalam kelemahan.

Yang Ketiga:

Begitu juga orang Yahudi merosakkan fikiran umat Islam melalui pendidikan, filem-filem serta bahan-bahan bacaan atau kebudayaan atau melalui ideologi, supaya merosakkan fikiran dan jiwa umat Islam.Kemudian umat Islam itu tak boleh dididik dan disedarkan dan di dalam keadaan itu umat Islam tidak akan kembali kepada Tuhan, dan tidak akan bersatu dan berkasih sayang sesama umat Islam. Kalau mereka berjuang pun tidak mengikut yang dikehendaki oleh Tuhan.
Bila mereka berjuang tidak seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, bantuan Tuhan tak datang,tinggallah mereka di dalam kelemahan.

Di waktu itu orang Yahudi mengkotak-katikkan umat Islam yang di dalam kelemahan. Umat Islam hari ini adalah seperti yang kita gambarkan tetapi mereka yang bertanggujawab dalam Islam masih tidak sedar juga di mana titik tolak umat Islam ini hendak diberi kekuatan. Mereka masih tercari-cari, masih terjebak dengan ideologi dan fikiran sekular tajaan Yahudi. Kalau Tuhan tidak menunjukkan seorang pemimpin untuk memimpin umat Islam,maka di masa yang akan datang umat Islam di seluruh dunia akan lebih lagi malang.

Bila umat Islam lalai dengan Tuhan, lahirlah golongan-golongan, yang masing-masing ada watak dan sikap bersendirian. . Akibatnya satu golongan dengan satu golongan yang lain tidak dapat disatukan dan di dalam keadaan itu musuh-musuh Islam mengambil peluang. Mereka mengkotak-katikkan umat Islam yang tidak boleh disatukan, maka akhirnya umat Islam termasuk di dalam perangkap musuh. Akhirnya kehinaan pun datang, kehinaan itu berpanjangan dari satu generasi ke satu generasi sambung menyambung.Walaupun ramai umat Islam di dalam kelemahan macam buih-buih di lautan,watak setiap golongan itu seperti berikut yang akan diceritakan. Di antaranya:

Kalau dia orang politik,jatuh menjatuhkan di antara mereka, fikirannya, kuasa dan jawatan. Mudah untuk mendapat musuh, tetapi mudah juga untuk mendapat kawan. Mudah untuk musuh jadi kawan, dan begitu juga sebaliknya amat mudah kawan menjadi musuh. Keadaan itu jadi budaya di dalam kehidupan.

Kalau golongan ekonomi fikirannya mencari keuntungan dan kekayaan, sekalipun orang lain mendapat kesusahan dan penindasan asalkan apa yang penting dapat diperolehi iaitu wang dan kekayaan.

Kalau golongan pendidikan berbangga dengan ilmu pula, dengan ilmunya untuk mendapat jawatan supaya hidup lumayan. Kemudian megah pun datang dan hidup nafsi-nafsi menjadi budaya, masing-masing hidup cara sendiri.

Kalau golongan artis dan budayawan kerana mencari makan membuatlah filem-filem walaupun hasil dari filem-filem itu hanya merosakan orang ramai. Yang penting ialah mereka menjadi popular dan dapat glamour, dapat duit senang makan. Senang dapat rumah besar dan kenderaan mewah, walaupun kegiatan mereka itu merosakkan sehingga akhlak orang ramai bercanggah dengan syariat Islam.

Kalau golongan buruh pula mereka asyik fikirkan kenaikan gaji.Kalau menuntut dengan majikan mereka sanggup demonstrasi kerana kenaikan gaji, tidak fikir zaman inflasi. Yang penting majikan naikkan gaji.

Kalau orang-orang agama pula mereka asyik sibuk dengan motivasi dan dakwah, bukan kerana Allah tetapi hendak hidup mewah. Orang biasa menyangka mereka berjuang untuk fisabilillah, tetapi yang sebenarnya mereka berjuang untuk hidup mewah.

Begitu jugalah golongan-golongan lain yang kita tidak sebutkan, mereka masing-masing ada watak dan gaya hidup yang bersendirian. Kita boleh carilah sendiri tidak payahlah diberitahu disini, kita akan tahu sendiri.

Begitulah umat Islam sudah tidak fikirkan Tuhan, watak dan sikap tidak boleh disatukan. Masing-masing golongan ada watak dan hidupnya yang tersendiri. Itulah yang berlaku kepada umat Islam di hari ini dan hendak dibetulkan semula semua ini kita memerlukan seorang pemimpin yang ada wibawa,yang boleh menyatukan semua golongan itu.

Kita berdoalah agar Tuhan cepat tunjukkan seorang pemimpin yang ditunjuk oleh Tuhan, untuk memimpin umat Islam dan mendapat bantuan Tuhan untuk menyelesaikan kemelut yang berlaku di kalangan umat Islam, supaya kehinaan itu tidak berpanjangan.